Thursday 14 August 2014

Ada (titik)

Ada yang mencintaimu serela api. Menghangatkan, lalu terpadamkan..
Ada yang mencintaimu seperti udara. Tak pernah kau lihat, tapi selalu ada..
Ada yang mencintaimu seperti air. Yang mengalir, memenuhi takdir..
Ada yang mencintaimu seperti matahari. Yang memberi, namun rela membakar dirinya sendiri..
Ada yang mencintaimu seperti bintang-bintang. Menatapmu dari kejauhan, dan tak pernah ingin berteriak lantang..
Ada yang mencintaimu seperti bulan, menginginkanmu melihat perlahan butir-butir harapan..
Ada yang mencintaimu setulus bumi, menopang kemanapun tubuhmu rubuh, rebah, dan pergi..
Ada yang mencintaimu selayak kata 'ada', tak tau darimana asalnya tapi dia ada..

Friday 1 August 2014

Jatuh Cinta Diam-diam

Pada akhirnya, orang yang jatuh cinta diam-diam hanya bisa mendoakan. Mereka cuma bisa mendoakan, setelah capek berharap, pengharapan yang ada dari dulu, yang tumbuh dari mulai kecil sekali, hingga makin lama makin besar, lalu semakin lama semakin jauh.

Orang yang jatuh cinta diam-diam pada akhirnya menerima. Orang yang jatuh cinta diam-diam paham bahwa kenyataan terkadang berbeda dengan apa yang kita inginkan. Terkadang yang kita inginkan bisa jadi yang tidak kita sesungguhnya kita butuhkan. Dan sebenarnya, yang kita butuhkan hanyalah merelakan.

Orang yang jatuh cinta diam-diam hanya bisa, seperti yang mereka selalu lakukan, jatuh cinta sendirian.

(Raditya Dika – Marmut Merah Jambu Hal. 15)

Jatuh cinta diam-diam. Kalian pernah merasakannya? Jatuh cinta sendirian dengan apa yang kita usahakan dan kita punya? Dengan segala rasa penasaran kita terhadap 'perasaannya'? Dan dengan segala drama kita yg mampu menyimpannya rapat-rapat? Atau dengan
akting kita agar kita terlihat biasa-biasa saja dihadapannya? (Tapi aktingku sering gagal, hehe)

Kurasa ini bukan kali pertama aku menikmati jatuh cinta diam-diam, dulu, pernah bertahun-tahun aku menunggu,  ketika kami menjalani hubungan tanpa status bertahun-tahun, ketika teman-teman selalu menanyakan hubungan kami, ketika teman-teman mengadu-ngadu kepadaku bahwa melihat dia jalan dengan seorang perempuan, padahal waktu itu aku tidak percaya kata mereka, tapi lama kelamaan aku lelah, aku lelah bertahan sampai akhirnya ada 'pangeran' datang dan aku 'menyambutnya'. Dia (yang tidak pernah menyatakan perasaannya kepadaku) masih saja menghubungiku. Aku takut 'pangeran' ku marah.

Dia meninggalkan pesan untukku: "Maaf. Sekarang sudah ada yang menjagamu. Tugasku sudah selesai"

(Kadang wanita tidak mengerti apa yang pria minta. Jadi tolong katakan. Sampai saat ini aku tidak mengerti maksud dari pesan itu)

Bagaimana rasanya dicintai diam-diam? Senang? Atau.... Kau bisa merasakan bagaimana aku berputar-putar dengan perasaanku dan berimajinasi sesukaku?

Baiklah. Aku akan mencoba menyelesaikan ini sendiri jika kau tak mampu membantuku. Aku tidak mungkin memaksakan seseorang untuk mencintai aku layaknya aku mencintainya.
Dan aku juga tidak mungkin menjadi orang lain --seperti masa lalumu-- demi agar kau menyukaiku.

Oh iya. Bicara tentang rasa, tahu apa kalian tentang rasa, Kawan? Ketika kita cerita, mereka pasti bilang "Aku tahu bagaimana rasanya". Sekali lagi aku bertanya, tahu apa kalian tentang rasa, Kawan? Kalian tidak benar-benar tahu, karena kalian tidak di dalam posisiku. Tidak. Aku mendapati kalian yang dengan seenaknya menghakimi dengan apa yang kalian pandang sebelah mata. Kalian bilang, aku hanya mementingkan rasa. Dibalik itu semua, aku tetap berusaha menyeimbangkan rasa kepadanya dan rasa kepada kalian, Kawan. Aku juga akan bilang kepada kalian bahwa, aku akan menyelesaikan ini sendiri. Aku ingin berjalan di jalanku sendiri. Aku ingin hidup dengan pilihanku sendiri. Semua hal harus berjalan seimbang dan aku ingin mempelajari itu sendiri.

Aku jatuh cinta diam-diam kepadanya, Kawan. Jangan kalian tambah atau ubah masalahku hanya karena kalian merasa aku sakit hati. Sedikitpun tidak. Aku tidak pernah sakit hati karenanya..