Sunday 11 May 2014

Sebagian dari sekian terima kasih



Ya Allah..
Semakin jauh langkah umurku meniti hari..
Ku mohon hidayah-Mu,
Semoga di hari lahirku ini, Kau memberkahi umurku,
dan ijinkan aku semakin dekat dengan ridho-Mu..


Ya Allah, terima kasih telah memberiku kehidupan yang sangat indah dan bermakna seperti yang aku rasakan saat ini. Terimakasih telah menganugerahkan keluarga yang amat kubanggakan..

Terimakasih Engkau beri aku ibu yang selalu bersedia menjadi tempatku bersandar, tempatku berkeluh kesah, seorang ibu yang kuat, tangguh, tanpa lelah mengajar dan mendidikku sejak kecil hingga menjadi seperti sekarang, ibu yang memperhatikanku sedetail mungkin. Semoga aku bisa menjadi ibu yang kuat untuk anak-anak kelak, seperti ibuku..

Terimakasih Engkau beri aku ayah yang selalu membuatku semakin yakin dengan keputusanku dalam menentukan pilihan, yang telah banyak mengorbankan harta dan tenaganya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhanku, tak kenal lelah mencari nafkah untuk keluargaku, ayah yang juga sangat sayang kepada putri satu-satunya..

Terimakasih telah memberiku kakak laki-laki yang penuh perhatian dan menyayangiku, walau sering adu mulut dengannya, aku menyayanginya. Aku juga menyayangi anggota baru di keluargaku; istrinya. Terimakasih juga telah memberi kakak laki-lakiku anugerah seorang anak, semoga nanti istri kakak melahirkan dengan normal..

Terimakasih telah memberikan teman-teman yang mengajarkan aku tentang hidup. Semakin bertambah temanku, semakin banyak aku belajar tentang hidup, tentang karakter mereka, terlebih tentang karakterku sendiri. Belajar bagaimana menyesuaikan diri dengan teman atau lingkungan baru..

Terimakasih telah memberiku sahabat-sahabat yang membuatku lebih berarti, membuat hidupku lebih berwarna..

Terimakasih untuk semua talenta yang Kau percayakan kepadaku..
Terimakasih telah pernah memberiku pahitnya hidup, sehingga aku lebih tawakal dalam mengecap manis-Mu..
Terima kasih telah pernah mengijinkanku patah hati, sehingga aku mengerti arti dan makna cinta sebenarnya..
Terimakasih atas cinta-Mu yang telah memberikan inspirasi dalam tiap bait yang ku buat, tiap siluet yang ku gores, dan tiap tajwid yang ku baca..
Terimakasih untuk setiap rizki barokah yang telah Kau beri, Ya Allah tuntun aku agar jauh dari serakah dan tamak, tuntun aku agar dapat kubelanjakan di jalan-Mu dan atas nama-Mu..



Pada hari ini semuanya jadi luar biasa hanya karena-Mu yang telah melimpahkan barokah dan kasih sayang-Mu.  Sehingga di ulangtahun ini, tidaklah cukup sekedar berucap dan memuji kebesaran-Mu, melainkan juga menegaskan betapa hamba adalah orang yang begitu lemah, begitu membutuhkan pertolongan dan ridho-Mu..

Hari ke sembilan belas dari bulan Pebruari; aku terlahir di bulan ini. Bulan Pebruari memang selalu istimewa, berkesan dan mempunyai arti tersendiri untukku. Sudah 22 tahun menjalani hidup di dunia yang fana ini, berbagai kesan dan kebahagiaan di tiap-tiap tahunnya. Ketika kekasih, sahabat, teman, atau bahkan keluarga yang telah memberikan kejutan hadiah dan kue ultah di hari ultahku. Terus terang, itu sangat membahagiakanku, perasaan diperhatikan, disayangi oleh kekasih bahkan para teman dan sahabat. Bukan nilai harga kue atau hadiahnya, tapi yang termahal bagiku adalah mereka dengan tulus ikhlas meluangkan waktu mereka untuk membelikan kue dan hadiah. Bahkan mereka yang jauh seperti berlomba lomba jam 12 malam mengucapkan via telpon ataupun sms, juga mendatangi ke rumah atau kost.


Perasaan merasa disayangi, dikasihi dan dicintai oleh orang terdekat membuat aku merasa menjadi orang yang paling beruntung di dunia ini, apalagi harta termahal di dunia ini selain kasih sayang dan cinta?

Masih banyak 'Terima kasih' ku yang lain yang tak bisa kutuliskan disini. Semoga sisa umur yang kita miliki selalu diberkahi oleh-Nya. Aamiin Ya Rabbal 'alamiin..


19 Pebruari 2014

Thursday 8 May 2014

Jejak Cerita Pelangi Kehidupan

Malam itu tiba-tiba jantungku berlari cepat, bukan karena aku kelelahan setelah mendaki Gunung Purba di (luar) kota yang ku diami sekarang, tapi karena ponselku berbunyi, kamu menelponku. Sebenarnya hanya peristiwa sederhana, kamu menelponku, ya, hanya itu. Kamu tahu masih gugupnya aku ketika setiap kamu menghubungiku, walaupun itu hanya satu kali seminggu, bahkan pernah lebih dari 3 minggu tak ada pun kabar.
Selama ini, selama aku di kota ini, aku berusaha untuk tidak menghubungimu lebih dulu. Karena apa? Ya mungkin kamu lebih tahu alasannya..
Setelah satu tahun, rasanya baru kemarin kita berpisah. Aku selalu mencoba menerima bahwa kita kini tak lagi sama. Aku selalu mencoba menerima kenyataan bahwa aku yang berjuang dulu mempertahankan hubungan kita, kini sia-sia..

Dengan mata yang terkantuk-kantuk aku menulis ini sehabis mengerjakan tugas kuliahku, sederet tugas yang tiap malamnya menjadikan mataku selalu terjaga, dan ponsel yang juga selalu terjaga menunggu kabar darimu. Tiba-tiba aku ingin menulis tentang kamu.

Gara-gara menulis ini, aku kembali mengingat awal perkenalan kita yang manis, "Tak ada yang istimewa memang" (kalimat yang kau muat di blog-mu tentang aku).
Rasanya baru kemarin kamu meminta nick akun twitterku, awal percakapan yang sederhana, sesederhana nick twitterku seperti yang kau bilang waktu itu, "Hanya ini? hanya 3 huruf?".
Ya.. Aku terlalu mencintai kesederhanaan. Hingga mencintaimu pun dengan kesederhanaan, seperti yang kau bilang padaku "Terimakasih karena kau telah mencintaiku sesederhana mungkin". Dibalik kesederhanaanku ini, kamu juga bilang, aku juga seorang wanita dewasa yang bahkan lebih dewasa dari dirimu sendiri yang terkadang lebih manja kepadaku. Berbicara tentang manja, aku jadi ingat ketika aku memperdengarkan suara manjaku via telepon hanya sekedar untuk membangunkanmu di tiap pagi yang luar biasa. Aku yang dulu manjanya minta ampun, tapi itu hanya sikap, aku suka bermanja denganmu, aku suka itu, sayang. Aku ingat ketika aku marah, kau membujukku dengan mengajakku makan di tempat favoritku. Aku ingat, ketika mengingatkan jadwal kegiatan-kegiatanmu yang terkadang kamu sendiri tak mampu mengingatnya, padahal  kegiatanku pun juga tak kalah banyak dengan tingkat kepadatan tinggi. Tapi mengapa aku masih bisa meluangkan sedikit waktuku untuk mengingatkanmu walau hanya sekedar makan siang saja??? Jawabannya ada pada kesederhanaan itu sendiri.

Begitu unik awal lelucon kita dari saling follow twitter, berbalas mention, lalu kamu meminta nomor handphone-ku untuk melanjutkan bisnis kita; TARUHAN BOLA! Awal yang unik sampai akhirnya kita berkomitmen pada sebuah keseriusan yang tidak pernah kita duga sebelumnya, di warung Bu Anis, malam itu, 10 Mei 2012.

Rasanya baru kemarin aku jadi pemateri di salah satu kegiatan organisasi yang mempertemukan kita, pemateri yang kau bilang fotogenic (mungkin karena memang tugasmu untuk mengabadikan kegiatan-kegiatan penting hari itu). Awalnya tidak saling sapa, jangankan saling sapa, saling menatap pun tidak. Kamera itu menyorot kepadaku, aku pura-pura tidak tahu, tapi aku merasa ada yang berbeda dari sorotan itu. Setelah hari itu, kamu menyukai setiap kali aku tersenyum, memandang dan berbicara, aku juga yang akhirnya membuatmu jatuh cinta (pernyataan di blog-mu tentang aku yang kamu publish tanggal 19 Pebruari 2013, di hari istimewaku, yang ku awali dengan tetesan air mata bahagia karena tulisanmu). Satu kalimat yang paling aku suka dan paling aku ingat dari beberapa pernyataanmu yang lain, "Dia sosok wanita yang agak manja namun mandiri, sedikit lembut namun pencemburu, penyayang namun pemberani." Kalimat yang menginspirasiku hingga aku menjadi seperti sekarang.
Beberapa kali kamu menuliskan tentang aku di blog-mu. Jadi, bukankah tidak salah jika aku menuliskan tentangmu kali ini, walau hanya kali ini.

Awalnya kita percaya, perlu masalah untuk menciptakan keharmonisan dalam suatu hubungan, perlu kedewasaan dalam menjalaninya, perlu perbedaan indah yang awalnya kita banggakan, tetapi pada akhirnya menyalahkan perbedaan itu sendiri. Ada pada suatu ketika, kau menemukan sms dari mantanku di handphoneku, lalu kamu lempar handphoneku dihadapan teman-temanmu? Ketika pertengkaran, yang katamu, menjadikan kita saling kenal dan mengetahui hal apa saja yang kita sukai dan tidak sukai, mendewasakan kita dalam setiap kerumitan masalah yang kita hadapi berdua. Tapi apa? Kenyataannya sekarang bagaimana? Lihatlah..

Cukup. Jangan tanyakan keadaanku sekarang bagaimana, aku baik-baik saja, ya, aku baik-baik saja.. 
Kau tidak bodoh meninggalkanku seperti yang teman-teman katakan bahwa hanya laki-laki bodoh yang meninggalkanku. Sekali lagi aku katakan, kamu tidak bodoh, sayang. Kamu hanya terlalu banyak alasan untuk itu.

Ingatkah, betapa iri mereka yang melihat kenyataan perasaan dan laku bercinta kita di setiap waktu perjumpaan? Ingatkah, alasanmu sangat mengagumiku? Ingatkah, kita yang bersama menanti kebahagiaan? Ingatkah, kamu menunggu aku dengan setia ketika aku sidang skripsi, memberi semangat tanpa henti? Terlalu banyak yang kita lalui selama kita kuliah. Sampai ketika aku memutuskan untuk bekerja setelah lulus kuliah (keputusan yang berat memang). Kenapa keputusan yang berat? karena aku takut aku jadi lebih banyak di kantor, jarang bertemu kamu, jadi lebih jarang memperhatikanmu, mungkin aku menjadi terlalu sibuk, dan itulah kenyataan akhirnya, aku lebih sibuk mengurus pekerjaanku dibandingkan memperhatikanmu. Aku minta maaf untuk itu. 

Setiap mengingat ini, rasanya aku ingin menangis, janjimu yang terlalu banyak, hingga aku lupa menghitung mana saja yang belum kamu tepati. Jelaskan padaku, mengapa semua jadi serumit ini? Perjuangan kita yang habis-habisan tahun lalu, perjuangan kamu, perjuangan aku, kita yang sama-sama berjuang, 'Mama' dan 'Abah' di Barikin pun mendo'akan agar hubungan kita selalu baik-baik saja. Aku jadi rindu mereka, rindu orangtuamu yang juga kuanggap orangtuaku, mata beliau yang melihatku dalam, tatap mata dengan banyak harap seperti tatapanmu dulu ketika awal hubungan kita.

Terimakasih atas perjuanganmu selama ini, hanyonk.. Jika kita tidak 'berjuang' waktu itu, mungkin aku tidak akan jadi seperti ini..

Ditulis di Yogyakarta, 20 April 2014